Selasa, 22 Maret 2011

THE FORGOTTEN ISLAND

Ketika itu perjalanan saya mulai pada sore hari dengan ditemani denga motor kesayangan saya si putih panggilannya. Kenapa si putih karena motor saya “Yamaha mio berwarna putih”. Hehehe. Cukup lucu ketika memikirkan panggilan motor keayangan saya. Perjalanan ini saya mulai dari Surabaya dan saya buta akan pulau yang akan saya kunjungi ini.

Sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut dari jawatimur yang memiliki besar kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Pulau yang akan menjadi tempat travelling saya adalah pulau Madura. Sebelumnya saya belum pernah menginjakan kaki saya pada pulau ini yang terkenal dengan sebutan pulau garam karena mayoritas penduduk di Madura bekerja sebagai petani garam.

Tersirat dalam pikiran saya terhadap penduduk Madura karena efek dari tragedy sampit bahwa orang Madura terkenal dengan temperamental. Tapi ketika saya disuatu desa di daerah pamekasan Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji). Tapi hanya pemikiran saya ketika itu tapi setelah berinteraksi dengan orang Madura ternyata mereka ramah-ramah.
Mereka marah apabila mereka merasa terganggu dan harga diri mereka terganggu karena orang Madura sendiri memiliki peribahasa “lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura dengan menggunakan clurit.

Selain itu Madura juga memiliki suku madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang . dan saya tidak heran ketika berkunjung ke daerah luar pulau Madura banyak dijumpai orang Madura yang sedang mencari pekerjaan karena orang Madura juga dikenal tidak pantang menyerah.

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta,Tanggerang,Depok,Bogor,Bekasi,dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura.
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi,Tekonokrat,Biokrat,Mentri atau Pangkat tinggi di dunia militer.

Selain itu pulau Madura meiliki sejarah yang dilihat dari sisi politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri,Singosari dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.

Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur. Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak. Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil.
Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana. Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.

Ketika berada disana pasti yang dirasakan adalah tandus dan panas dan perasaan itu juga dirasakan oleh pelancong lainnya. Memang disana sangat panas dan tandus dan itulah kondisi pulau Madura. Dimadura juga memiliki kebudayaan yang terkenal yaitu karapan sapi.
Karapan sapi sebenarnya merupakan hasil kreasi budaya asli masyarakat Madura yang hingga kini masih lestari bahkan menjadi ikon budaya di Pulau Garam ini yang dikenal luas masyarakat nasional bahkan internasional. Budaya ini juga akhirnya menjadi andalan bagi Pulau Madura untuk mendatangkan para wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati potensi pariwisata yang ada.

Hanya saja, dalam perkembangannya banyak pihak yang menyayangkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan karapan sapi ini. Seperti adanya praktik penyiksaan pada pasangan sapi karapan saat berlomba di lapangan. Membacok pantat sapi dengan paku dan mengoleskan cabai dan balsem ke kedua matanya agar larinya kencang, akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang biasa dilakukan.

Ya begitulah pulau Madura yang menyimpan banyak sekali fenomena alam dan kebudayaan yang tersimpan. Tetapi banyak yang menganggap remeh pulau yang satu ini. Pulau sangat indah dengan berjuta ciptaan Illahi. Ya begitulah nasib pulau yang terlupakan. Semoga saja pulau yang terlupakan ini bs diperhatikan olaeh pemerintah untuk meningkatkan kebudayaannya. Madura island is an interesting,spectacular things that I’ve never forgotten.



Harys Zhendykiawan
God will save the traveller

1 komentar:

  1. terimakasih gan telah membuat posting keren mengenai tanah tercinta.. :)

    BalasHapus